14.11.11

Aku (Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

6.10.11

di sofa

di sofa
di ruang dungu aku menyulut rokok
membaui ruang kalbu pengap
gerah oleh kemarau
hujan yang membisu...
tapi aku tak menghisapnya
aku bukan jantan berasap berbau tekik, maka
kubiarkan dia merintihrintih di asbak
membuat abunya memanjang persis gerbong semut
jelaga ruang batini tiap  krepulnya
menyeret deru
bersama angin
tercampak di reranting
patah - rebah

19.9.11

Mencinta

satu malam yang jaga, sejauh mata memandang, gelap...
mendongak ke atas lautan pekat
timbultenggelam musik di kejauhan, kemoro setan
rintih gesekan reranting juga kerik jangkrik
tabir jurang jarak
gelap masih bisa disingkap
pekat masih bisa dijelajah
kemoro setan masih bisa ditahan
bukan pepesan
hanya sebutir azam!

13.9.11

Tega

Jangan biarkan air matamu mengalir
Itu ucapmu
Supaya aku lega
Melangkah menuju jati diriku...

hiks

Getir ini menyeruakruak
Kosong batini
Sejarah wangi kata beraroma
Melesat ke cakrawala alpa

Heningku di kesunyian
Coba lafalkan firmaNya
Bergelayut nafikan diri
Mengukir... terukir

8.9.11

Perupa Tolol

aku merasa sangat tolol
tak bisa tegas
bahkan pada diri
jiwa merintih
takkasih...

wahai perupa tolol
ayuhan palumu
memekak telinga, sombong
 kau bakar tataltatal
setelah molek bunga tercipta

padahal, hah...
itu bunga bangkai, busuk
siapa yang peduli
orang melihat
tutup hidung mengernyit dahi...

pahatlah bunga cinta, kalau
kau memang gagah
ukirlah setiap batang kuncupnya
memaskan tiap lekuknya, lalu
congkaklah

haha...
bukankah tatahtatahmu mulai tumpul
lapisan baja mulai menipis kikis, lalu
usah menangis liris
mengemis

ambigu

bingung
tika mabuk teruk
acuh
tika siuman
linglung

ambigu
benci
cinta
rindu
haru biru