19.9.11

Mencinta

satu malam yang jaga, sejauh mata memandang, gelap...
mendongak ke atas lautan pekat
timbultenggelam musik di kejauhan, kemoro setan
rintih gesekan reranting juga kerik jangkrik
tabir jurang jarak
gelap masih bisa disingkap
pekat masih bisa dijelajah
kemoro setan masih bisa ditahan
bukan pepesan
hanya sebutir azam!

13.9.11

Tega

Jangan biarkan air matamu mengalir
Itu ucapmu
Supaya aku lega
Melangkah menuju jati diriku...

hiks

Getir ini menyeruakruak
Kosong batini
Sejarah wangi kata beraroma
Melesat ke cakrawala alpa

Heningku di kesunyian
Coba lafalkan firmaNya
Bergelayut nafikan diri
Mengukir... terukir

8.9.11

Perupa Tolol

aku merasa sangat tolol
tak bisa tegas
bahkan pada diri
jiwa merintih
takkasih...

wahai perupa tolol
ayuhan palumu
memekak telinga, sombong
 kau bakar tataltatal
setelah molek bunga tercipta

padahal, hah...
itu bunga bangkai, busuk
siapa yang peduli
orang melihat
tutup hidung mengernyit dahi...

pahatlah bunga cinta, kalau
kau memang gagah
ukirlah setiap batang kuncupnya
memaskan tiap lekuknya, lalu
congkaklah

haha...
bukankah tatahtatahmu mulai tumpul
lapisan baja mulai menipis kikis, lalu
usah menangis liris
mengemis

ambigu

bingung
tika mabuk teruk
acuh
tika siuman
linglung

ambigu
benci
cinta
rindu
haru biru

Pemahat

kupahat bunga
kusisir setiap lipatannya
kupertegas setiap lekuknya, agar
kuncup mengembang
mbranang

tapi, pisau mulai tumpul
satu dua patah
bingkai penyangga rebah
aku lelah, mengalah
kalah...

5.9.11

Putus Cinta

Bagaimana seorang seniman menghadapinya?
Jawaban paling tepat adalah tetap berkarya.

pahatan semi 3 dimensi

Selama ini kita disuguhkan jenis-jenis pahatan bermaterikan kayu yang sudah sangat familiar, terkenal awet dan ketahanannya, seperti kayu jati.
Bisa dipahami kalau seniman cenderung memilih kayu ini dan sejenisnya, sebab dari segi pembuatan tergolong mudah dan tidak menguras emosi. Dan bisa ditebak, hasil akhir pun akan diperoleh tekstur yang halus menawan, aduhai...
Akan tetapi mengertilah, untuk menhasilkan karya seni yang benar-benar 'art' tidak semata-mata dilihat dari tingkat kemolekan suatu karya, tetapi lebih kepada tingkat kesulitan pembuatannya, dimana disini emosi seniman akan terkuras habis. Bisa dikatakan seorang seniman akan mempertaruhkan jiwa raganya demi obsesi 'art' yang dia garap...
 Nah, untuk memenuhi 'obsesi' diatas saat ini saya sedang mencoba membuat ukiran untuk ornamen dinding dari bahan kayu glugu (kelapa). Kayu ini biasanya digunakan untuk konstruksi bangunan, karena memang dari teksturnya yang mudah dibentuk. Akan tetapi untuk media pahatan jelas sekali akan menimbulkan kerumitan karena serat yang longgar dan mudah patah... yang jelas hanya pemahat 'jenius' yang bisa mengerjakannya.
Kali ini karya yang akan saya persembahkan berjudul 'DEWA RUCI' ... silahkan ditunggu!